Jumat, 11 Januari 2013

Struktur Sosial di Kabupaten Wonosobo


Struktur sosial masyarakat dimana pun pasti dapat ditemukan. Setiap tempat dan daerah mempunyai ciri khas masing-masing sesuai dengan lingkungannya. Begitu pula di Indonesia, struktur sosial yang dimiliki tiap daerah pun berbeda-beda. Kita tahu bahwa Indonesia adalah sebuah negara dengan banyak pulau dan kebudayaan. Struktur sosial sendiri merupakan pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat. Sturktur sosial dalam masyarakat meliputi norma sosial, kelompok sosial, lembaga sosial, dan startifikasi sosial. Berikut adalah pemaparan tentang struktur sosial yang ada di Kabupaten Wonosobo. Kabupaten Wonosobo adalah salah satu kabupaten yang berada di Jawa Tengah. Kota ini berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Temanggung. Letaknya yang diapit oleh Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Pegunungan Dieng menyebabkan kota ini menjadi kota yang sejuk. Kabupaten yang kecil ini juga mempunyai struktur sosial yang hampir sama dengan masyarakat di daerah lain pada umumnya.
1. Norma Sosial
Pada umumnya norma sosial yang ada dalam masyarakat di Wonosobo hampir sama dengan masyarakat di tempat yang lainnya. Mulai dari norma agama, di Wonosobo mayoritas penduduknya beragama islam. Namun ada juga pemeluk agama kristen, katolik, hindu, budha, dan konghuchu. Hal ini ditandai dengan adanya tempat ibadah yang berdiri di pusat kota, baik itu masjid, gereja, kuil, dan klenteng. Selama ini diantara masyarakat dengan perbedaan agama tersebut tidak ada konflik. Begitu pula norma kesopanan, kesusilaan, dan hukum itu sama dengan tempat yang lain, khususnya di Jawa Tengah. Sedikit perbedaan ada dalam norma adat di Wonosobo. Adat yang ada di Wonosobo berupa ruwatan rambut gembel yang biasanya terjadi pada anak-anak yang bertempat tinggal di Pegunungan Dieng. Dipercaya bahwa tumbuhnya rambut gembel tersebut merupakan titisan dari Kyai Kolodete, yaitu salah satu tokoh pendiri kabupaten Wonosobo. Upacara adat tersebut diadakan untuk menghilangkan rambut gembel yang terdapat pada kepala anak tersebut.
2. Kelompok sosial
Sudah pasti kelompok sosial ada dalam masyarakat. Kelompok sosial terkecil yaitu keluarga. Dan berkembang ke RT, RW, kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Masyarakat di Wonosobo sendiri cenderung bersifat paguyuban (gemeinschaft), karena kerukunan, kekeluargaan, kemauan bersama dan rasa pengertian antar warganya masih sangat erat. Walaupun kabupaten ini sudah menjadi kota, namun rasa ikatan sebagai penduduk Wonosobo sangatlah kental. Berbagai kelompok sosial telah dibentuk oleh para warganya, dan beberapa menjadi organisasi. Misalnya saja organisasi NSTC yang bergerak di bidang penulisan, sanggar tari, karang taruna, organisasi sepakbola dan sebagainya. Selain kelompok yang telah mengorganisasi, ada juga kelompok yang bentuknya berupa komunitas seperti komunitas reagge, komunitas motor, komunitas hip hop, dan sebagainya. Adapun kelompok sosial yang tidak sengaja terbentuk seperti kerumunan terjadi bila ada suatu acara di pusat kota, yaitu di Alun-Alun. Misalnya acara HUT Wonosobo, kirab dan pawai, panggung musik, dan sebagainya.
3. Lembaga sosial
Lembaga sosial yang ada di Wonosobo pada umumnya sama dengan daerah lainnya. Mulai dari lembaga pendidikan, lembaga agama, lembaga pemerintahan, lembaga hukum, dan sebagainya. Lembaga pendidikan yang ada di Wonosobo sudah banyak, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), hingga SMA dan SMK. Selain itu Wonosobo juga mampunyai sebuah Universitas yang berkonsentrasi pada bidang agama, namun sekarang universitas tersebut sudah mengembangkan ke ilmu lain seperti tehnik dan juga pendidikan. Untuk lembaga agama, karena mayoritas adalah islam maka lembaga agama yang dominan yaitu lembaga agama islam,namun tetap ada lembaga agama lain walaupun jumlahnya sedikit. Lembaga hukum pun berfungsi dengan baik, namun warga di Wonosobo kebanyakan lebih suka untuk menyelesaikan masalah dengan cara kekeluargaan. Lembaga hukum digunakan bila masalah tersebut sudah benar-benar tidak bisa diselesaikan dengan jalan kekeluargaan dan telah melanggar norma-norma hukum yang ada.
4. Stratifikasi sosial
Lapisan masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu stratifikasi dan diferensiasi. Lapisan masyarakat yang ada di Wonosobo merupakan lapisan sosial yang terbuka karena dalam masyarakat tidak terlalu jelas perbedaan kelas-kelas masyarakatnya. Dilihat dari unsur kekuasaan, maka bupati lah yang paling berkuasa. Untuk lingkup kampung, yang paling dipandang tinggi adalah ketua RT dan RW. Dari segi pendidikan, maka orang-orang yang sudah melalui pendidikan kuliah baik S1 dan S2 akan lebih tinggi derajatnya dibandingkan yang hanya lulusan SMA. Di Wonosobo sendiri, orang yang terlihat lebih terpandang apabila dia bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan mempunyai wibawa yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar