Jumat, 11 Januari 2013

Struktur dan Tindakan Sosial Weber


Struktur sosial dalam perspektif Weber didefinisikan dalam istilah-istilah yang bersifat probabilistik dan bukan sebagai suatu kenyataan empirik yang ada terlepas dari individu-individu. Misalnya suatu keteraturan sosial yang absah didasarkan pada kemungkinan  bahwa seperangkat hubungan sosial akan diarahkan ke suatu kepercayaan akan validitas keteraturan itu. Dalam semua hal ini, realitas akhir yang akan menjadi dasar satuan-satuan sosial yang lebih besar ini adalah tindakan-tindakan sosial individu dengan arti-arti subyektifnya. Karena orientasi individunya mencakup kesadaran (tepat atau tidak) akan tindakan yang mungkin dan reaksi-reaksi yang mungkin dari orang lain, maka probabilita-probabilita ini mempunyai pengaruh yang benar-benar terhadap tindakan sosial, baik sebagai sesuatu yang bersifat memaksa maupun sebagai satu alat untuk mempermudah satu jenis tindakan daripada yang lainnya.

1. Stratifikasi: Ekonomi, Budaya dan Politik
Pengaturan orang-orang secara hierarkis dalam suatu sistem stratifikasi sosial merupakan satu segi yang sangat mendasar dalam pandangan Weber mengenai struktur sosial. Ia mengakui pentingnya stratifikasi ekonomi sebagai dasar yang fundamental untuk kelas. Baginya, kelas sosial terdiri dari semua mereka yang memiliki kesempatan hidup yang sama dalam bidang ekonomi. Kelas-kelas sosial berlandaskan pada dasar stratifikasi yang bersifat impersonal dan obyektif. Para anggota dalam kelas yang sama mungkin menjadi sadar akan kepentingan mereka bersama dalam bidang ekonomi, dan terlibat dalam tindakan ekonomi atau politik yang terorganisasi untuk memperjuangkannya.
Orang juga digolongkan dalam lapisan-lapisan berdasarkan kehormatan atau prestise, seperti yang dinyatakan dalam gaya hidup bersama. Hasilnya adalah pengaturan orang dalam kelompok-kelompok status. Weber mengemukakan bahwa stratifikasi menurut status secara analitis berbeda dari stratifikasi menurut ekonomi. Meskipun posisi kelas ekonomi dan kedudukan status saling berhubungan erat. Kelompok-kelompok status berlandaskan pada ikatan subyektif antara anggotanya, yang terikat menjadi satu karena gaya hidup yang sama, nilai serta kebiasaan yang sama, dan sering pula oleh perkawinan di dalam kelompok itu sendiri, serta oleh perasaan-perasaan akan jarak sosial dari kelompok-kelompok status lainnya. Mereka saloing mengenal dan berjuang untuk mempertahankan perasaan superioritas terhadap mereka yang tidak termasuk dalam lingkaran sosialnya. Hal ini berlaku juga untuk mereka yang berada pada lapisan prestise yang rendah. Mereka merasa terikat karena adanya perasaan bersama bahwa mereka dikucilkan dan dianggap rendah, dan karena adanya keharusan melaksanakan peran yang memperlihatkan kepatuhan kepada atasannya. Dengan kata lain, mereka “mengetahui tempatnya” meskipun mereka mungkin berusaha mengubahnya.
Selain posisi ekonomis dan kehormatan kelompok status, dasar yang lain untuk stratifikasi sosial adalah kekuasaan politik. Dimensi ini juga bisa tumpang tindih dengan salah satu atau keduanya dalam banyak situasi, namun secara analitis berbeda dan bisa berdiri sendiri. Bagi Weber, kekuasaan adalah kemampuan untuk memaksakan kehendak seseorang meskipun mendapat tantangan dari orang lain. Partai politik merupakan tipe organisasi dimana perjuangan untuk memperoleh atau menggunakan kekuasaan dinyatakan paling jelas di tingkat organisasi rasional (societal). Struktur kekuasaan tidak harus setar dengan struktur otoritas. Otoritas adalah kemungkinan dimana seseorang akan ditaati atas dasar suatu kepercayaan akan legitimasi haknya untuk mempengaruhi. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mengatasi perlawanan dari orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan seseorang, khususnya dalam mempengaruhi perilaku mereka. Mereka yang berusaha untuk menggunakan kekuasaan secara terus-menerus biasanya berusaha untuk menanamkan suatu kepercayaan akan haknya untuk berbuat demikian; artinya mereka berusaha untuk menegakkan legitimasi kekuasaan mereka.
Analisa-analisa masa kini mengenai stratifikasi sosial sangat bertalian dengan analisa Weber. Perbedaan antara status sebagai satu dimensi stratifikasi dan posisi ekonomi sudah menjadi patokan standar dalam teori stratifikasi dan penelitian masa kini.

2. Tipe Otoritas dan Bentuk Organisasi Sosial
Tindakan-tindakan sosial individu membentuk bangunan dasar untuk struktur-struktur sosial yang lebih besar. Dalam The Theory of Social and Economic Organization, Weber meletakkan dasar ini dengan mengembangkan serangkaian distingsi-distingsi tipologis yang bergerak dari tingkatan hubungan sosial ke tingkatan keteraturan ekonomi dan sosial politik. Ada empat dasar legitimasi yang mencerminkan tipologi tindakan sosial yaitu: tradisi, sikap-sikap efektual terutama emosi, kepercayaan rasional akan suatu komitmen absolut yang terakhir, dan dibentuk dalam suatu cara yang diakui sebagai yang sah. Weber mengidentifikasi tiga dasar legitimasi yang utama dalam hubungan otoritas yang dibuat berdasarkan tipologi tindakan sosial, yaitu:
a. Otoritas Tradisional
Tipe ini berlandaskan pada suatu kepercayaan yang mapan terhadapkekudusan tradisi-tradisi zaman dulu serta legitimasi status mereka yang menggunakan otoritas yang dimilikinya. Weber membedakan tiga otoritas tradisional:
i. Gerontokrasi: pengawasannya berada pada tangan orang-orang tua dala suatu kelompok, tidak ada staf administrasi, dan bawahannya merupakan anggota kelompok itu.
ii. Patriarkalisme: pengawasannya berada dalam tangan suatu satuan kekerabatan (rumah tangga) yang dipegang oleh seorang individu tertentu yang memiliki otoritas warisan, tidak ada staf administrasi, dan bawahannya merupakan anggota kelompok itu.
iii. Patrimonialisme: terdapat suatu staf administrasi yang terdiri dariorang-orang yang mempunyai hubungan pribadi dengan pemimpinnya.
b. Otoritas Karismatik
Didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki pemimpin itu sebagai seorang pribadi. Istilah “karisma” digunakan dalam pengertian yang laus untuk menunjuk pada daya tarik pribasi yang ada pada orang sebagai pemimpin. Tidak seperti otoritas tradisional yang legal-rasional, otoritas karismatik tidak diorientasikan kepada hal-hal rutin yang stabil dan langgeng. Kalau otoritas tradisional diorientasikan untuk mempertahankan status quo, justru otoritas karismatik menentangnya. Pemimpin karismatik mengemukakan pesannya dengan rumusan tegas.
Gerakan sosial yang dibimbing secara karismatik bersifat tidak stabil dan sangat mudah berubah-ubah, dan biasanya muncul diluar kerangka kehidupan sehari-hari yang biasa, dan dalam semangatnya bertentangan denagn apa yang rutin dalam kehidupan yang biasa itu. Banyak gerakan karismatik gagal bertahan setela pemimpinnya meninggal. Krisis sosial ini membantu mempercepat gerakan itu secara bertahap berlalu atau pemimpin karismatik itu kehilangan karismanya. Hal praktis lainnya yang pelan-pelan menuju ke rutinisasi karisma meliputi kebutuhan untuk membereskan konflik, kebutuhan akan sumber dukungan ekonomi yang dapat dipepcayai dan kebutuhan untuk mengembangkan suatu dasar untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan penerimaan dan sosialisasi anggota-anggota baru.
c. Otoritas Legal-Rasional
Didasarkan pada komitmen terhadap seperangkat peraturan yang diundangkan secra resmi dan diatus secara impersonal disebut Weber dengan istilah otoritas legal-rasional.

3. Bentuk Organisasi Birokratis
Analisa Weber yang sangat terkenal mengenai organisasi birokratis berbeda dengan sikap yang umumnya terdapat di masa kini yang memusatkan perhatiannya pada birokrasi yang tidak efisien, boros, dan nampaknya tidak rasional lagi. Sebaliknya, Weber melihat birokrasi modern sebagai satu bentuk organisasi sosial yang paling efisien, sistematis dan dapat diramalkan. Sebagian besar analisa Weber mengenai birokrasi mencakup karakteristik-karakteristik yang istimewa, yang dilihatnya sebagai tipe ideal. Tipe ideal disini meliputi seleksi atas ciri-ciri suatu gejala empirik yang kelihatannya berhubungan secara logis dan berarti, meskipun kerangka atau ciri-ciri ini secara empirik tidak pernah ada dalam bentuknya yang murni. Administrasi birokratis pada dasarnya terdiri dari penerapan peraturan-peraturan umum terus menerus secara rutin terhadap hal-hal khusus oleh para pegawai yang bekerja menurut kemampuan dan wewenang resminya.
Satu alasan mengapa bentuk organisasi birokratis itu memiliki efisiensi adalah karena organisasi itu memiliki cara yang secara sistematis menghubungkan kepentingan individu dan tenaga pendorong dengan pelaksanaan fungsia-fungsi organisasi. Alasan lainnya adalah karena adanya pemisahan yang tegas dan sistematis antara apa yang bersifat pribasi dan apa yang birokratis. Dikeluarkannya elemen pribadi dari birokrasi ini berarti bahwa orang-orang dapat menjamin hubungan sebagai orang yang menduduki posisi organisasi, meskipun dalam tingkatan pribasi mereka tidak mengenal satu sama lain. Dikeluarkannya elemen pribadi ini juga berarti bahwa keputusan-keputusan serta tindakan pegawai birokrasi harus diatur menurut tujuan-tujuan atau kebutuhan-kebutuhan organisasi itu saja.  Da;am mengembangkan dan meningkatkan bentuk organisasi birokratis, ornga membangun bagi dirinnya suatu “kandang besi”dimana pada suatu saat mereka sadar dan mereka tidak bisa keluar lagi dari situ.

4. Tipe-tipe Otoritas Campuran
Karena ketiga pola hubungan otoritas yang berbeda itu adalah tipe-tipe ideal, kita tidak boleh mengharapkan salah satu diantaranya nampak dalm bentuknya yang murni secara empirik. Sebaliknya, dalam banyak hal, hubungan otoritas dalam kehidupan yang riil cenderung mencerminkan tingkat-tingkat yang berbeda-beda dari ketiga tipe itu. Misalnya saja otoritas karismatik bercampur dengan otoritas legal-rasional.

Selain pengaruh karismatik, organisasi birokratis banyak menggunakan dukungan yang terdapat dalam tradisi. Dari tingkat yang paling atas hingga yang paling bawah, keputusan dibuat dan usaha untuk mempengaruhi itu dibenarkan berdasarkan hal-hal yang sudah terjadi. Dalam melihat saling ketergantungan antara ketiga pola otoritas ini, penggunaan konsep-konsep ini dalam analisa data empirik harus meliputi usaha menentukan pola yang dominan dan juga cara dimana ketiga tipe ini saling berhubungan dan tingkat dimana ketiganya saling mendukung atau saling merusakkan. Tekanan Weber sendiri dalam menggunakan konsep-konsep tipe ideal ini adalah untuk menunjukkan betapa otoritas legal-rasional itu berkembang dalam masyarakat modern, masyarakat industri kota dengan mengorbankan otoritas tradisional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar